Tak banyak yang harus diperbincangkan.
Cukup aku dan kamu yang saling percaya.
Tak banyak yang harus dipahami. Cukup
rinduku dan rindumu yang lupa memejamkan mata.
Meskipun pada akhirnya aku tidak peduli
pada jarak yang memisahkan, pada waktu yang menunda pertemuan.
Aku yang cemburu pada orang-orang yang
bisa melihat tawamu. Sedangkan aku hanya bisa menyapamu lewat rindu.
Dan...
Tetaplah seperti ini, ikhlas menjadi
tempatku berkeluh kesah dan mengadu.
Juga...
Menjadi tempat menampung segala rinduku.
Kepadamu, pengembala kisah.
Apakah kamu akan tetap memilihku setelah
melihat banyaknya kekuranganku?
Apakah kamu akan tetap setia setelah
menemukan yang lebih sempurna dariku?
Apakah kamu akan tetap bersabar menunggu
kesiapanku kepadamu?
Apakah kamu akan tetap teguh berjuang
bersamaku?
Apakah kamu akan tetap ridha hati untuk
menua bersamaku?
Ada banyak aksara berlarian yang berusaha
menerjemahkan teduhnya senyummu juga tegarnya matamu.
Semoga kamu tak keberatan untuk tetap
berjalan menuju seseorang yang ku ikuti, sebagai imam, sebagai yang halal
untukku.
Karena aku telah memilihmu, maka aku harus
menyelesaikannya.
Semoga sang Malikul Mulk pun merestui.
Aamiin. 😊