Assalamu'alaikum warrahmutallahi
wabarakatuh,
Kita pernah mendengar istilah bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Yap. Pada dasarnya kedudukan perempuan dengan laki-laki sama hal dalam ibadah dan iman. Mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pahala dan surga bagi mereka yang beriman. Jelasnya dalam firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 71 yang mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kawajiban yang sama yakni melakukan amar makruf nahi munkar. Perannya dalam sebuah keluarga menjadi salah satu pembeda. Banyak ulama mengatakan bahwa perempuan merupakan sebuah pondasi tegak dan utuhnya keluarga. Ditegaskan kedudukan seorang perempuan dalam Islam adalah menjadi ibu dan pengelolah rumah tangga (ummu wa rabbah al-bayt).
Ditambah lagi dari sudut pandang agama Islam, ibu merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya (Al ummu madrasatul ula). Dari ibu, seorang anak belajar tentang segala hal baru dalam kehidupannya. Pendidikan anak dimulai dari seorang ibu. Sederhana saja, anak belajar berbicara, menulis, menghitung, mempelajari ilmu, semua berawal dari peran ibu yang harus dituntut untuk membekali diri dengan ilmu (pengetahuan maupun agama), serta harus terus bergerak untuk meningkatkan kualitas diri. Karena seorang perempuan harus bisa menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Banyak yang mengatakan bahwa gelar "IBU" adalah amanah yang mulia. Artinya, anak-anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT, tugas ibu adalah menjadikan anak-anaknya sebagai pembawa kebaikan dunia akhirat bagi orang tua.
Seperti halnya "Ibu yang cerdas berpotensi besar melahirkan anak yang cerdas pula". Menurut berbagai sumber, investasi seorang ibu dalam diri anak mencapai 75 persen. Yang berarti, anak akan mendapatkan kecerdasan hingga 2 kali lipat dari ibu dibandingkan dari ayah. Terlepas dari kecerdasan yang bisa dipengaruhi dari faktor genetik maupun lingkungan, perempuan tetap harus ber'pendidikan' tinggi dan berwawasan luas entah nantinya akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga saja. Karena kecerdasan intelektual, emosional , dan spiritual anak bisa ditentukan melalui pola asuh dari sang ibu. Meskipun mendidik anak sangat menguras waktu, pikiran, dan tenaga. Ini tidak bisa dilakukan setengah-setengah atau bahkan dijadikan sambilan semata. Perempuan harus sabar namun tangguh, kuat, mandiri, tegar maupun tegas, cerdas serta berakhlak mulia.
*Satu yang harus diingat, perempuan meningkatkan kualitas dirinya bukan berarti ingin menyaingi suami, tapi suami berhak mendapatkan generasi yang terbaik.
Kembali ke istilah "IBU adalah amanah yang mulia". Persiapkan diri untuk menjadi ibu yang shalihah. Sebab Allah akan meminta pertanggungjawaban tentang anak di hari akhir, bahkan sebelum anak yang akan meminta pertanggungjawaban kepada orang tuanya. Perempuan harus membekali diri dengan ilmu yang luas. Dengan adanya sebuah hadist yang berbunyi: اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat” menunjukkan bahwa tidak ada batasan bagi manusia (terutama perempuan) untuk menuntut ilmu.
Tidak harus semulia Khadijah.
Tidak harus setaqwa Aisyah.
Tidak harus setabah Fatimah.
Tidak harus secantik Balqis.
Tidak harus sesuci Maryam.
Cukuplah menjadi perempuan akhir zaman
yang berkomitmen kuat untuk Agama, yang menjalankan sunnahNya agar bisa
menyelamatkan diri dan keluarga dengan caramu sendiri.
Semangat Berjuang 😊😊
Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh