Aku menunduk sejenak untuk berduka.
Melawan kecemburuan dan
kecemasan yang berujung pada perdebatan.
Tentang semua prasangka yang
tak pernah kau tanyakan dan rasa yang selalu kau hiraukan.
Bertahan dengan keegoan
masing-masing hanya membuat ini sangat menyakitkan.
Karena ..
Diri ini pernah berjuang tanpa
diminta.
Dan sekarang harus pergi ketika
kau mulai menyakiti semua hati yang ku punya.
Aku baru menyadari ternyata
semua hanya sebatas kata-kata.
Demikianlah,
Aku kira kisah ini akan tetap
berjalan sampai menua.
Tapi perkiraanku salah.
Ini sekedar singgah.
Karena kepastian yang aku
tunggu tak kunjung terselesaikan meskipun sederhana.
Iya, ini berakhir,
Akulah yang harus tetap
merangkak dalam keputusasaan.
Yang satu-satunya terluka dan
tak ingin merelakan.
Yang meradang karena ribuan
kekecewaan.
Aku pergi bukan karena benci.
Melainkan tau diri.
Tau diri karena aku tak pantas
memaksakan keadaan.
Tau diri karena selama ini
hanya sebelah tangan.
Demikianlah,
Mari menghitung mundur untuk
sebuah perpisahan.
Dengan semua permasalahanmu,
kau harus tetap baik-baik saja.
Iya, kau pasti akan tetap
baik-baik saja.
Karena.
Pergiku bukan maksud untuk
meninggalkan, melainkan untukmu yang menginginkan kebahagiaan juga kebebasan.
Terima kasih untuk segala janji
yang tak pernah terbukti. Semoga aku cukup kuat untuk berjalan sendiri.
Sudahlah, cukup sampai disini.
Percuma. Karena tulisanku pun
tak pernah kau baca.